Perjalanan Ini

Mutasi oh.....Mutasi
Malam belumlah terlalu larut. Mobil Panther tempat aku numpangpun baru memasuki dermaga pelabuhan Bakauheni. Tidak ada yang kuharapkan sebelumnya. Tidak ada secuilpun masuk dalam anganku. Tidak ada bayangan sedikitpun...tapi entah hantu blow dari mana menyeruak dalam alam sadarku mengganggu malam malamku yang terasa panjang. Memang sejak berangkat dari kantor, isue isue tentang keluarnya SK Mutasi Eselon IV santer terdengar. Sepanjang jalan menuju Bakau kami saling mengejek, tertawa dan berseloroh. Ada yang berharap dapat kembali ke home base. Kumpul kembali dengan anak dan istri. Aku tenang saja. Tidak pikirku. Aku baru 2 tahun 6 bulan menjabat...belum 3 tahun pikirku. Bahkan terhitung dari Kasi RIKI Teluk aku baru 1 tahun menjabat. Apa iya aku kena mutasi ?  ah tidak pikirku. Tidak mungkin. Tenang kujalani perjalanan panjang dari kantor menuju Bakauheni.
Tiba-tiba hp Pak Muryanto berbunyi. Ah...pasti ini berita mutasi pikirku. Benar saja. Satu persatu nama teman teman kudengar disebutkan. Ada nada kaget, senang,.... berekspresi jadi satu. Aku kalem saja. Setengah cuek aku menyorongkan telingaku menguping. Hingga suatu ketika....kudengar suara pak Mur terkaget mata sedikit melotot sambil menunjuk kearahku. Pak Hadi ke Metro. Pak Sandy ke Metro. Pak Nurjat ke Palembang. Kaget aku...bangun dari setengah tidurku. Mimpikah aku ?....Aku ke Metro ??.....Aku tak peduli lagi dengan yang lain. Why ?...Mengapa ?...Ada apa denganku aku pun tak tahu. Kenapa tiba tiba sekelilingku terasa sepi dan sunyi ???....Matikah aku ??? Kugampar pipiku sendiri perlahan. Kulihat teman temanku semobil menatapku. Antara sadar dan tak sadar, Tatapan mereka kosong, tak ada yang berani mengulurkan tangannya. Tak ada yang memberi selamat. Mereka tahu itu tak ada artinya sama sekali. Mereka tahu aku tak mengharapkan itu terjadi.
Masuk di kapal fery, rombongan kami ketemu rombongan lain dari Karang dan Teluk. Kumpul... suasana jadi tambah ramai dan riuh tapi kenapa aku merasa cuma sendiri ?...Kucari tempat untuk membuka nasi bungkusku. Kucoba untuk makan. Ehm...masih bisa aku menyantap nasi bungkusku tapi kenapa terasa hambar ???...Rendang yang kumakan bagaikan sekerat daging tanpa rasa. Nasi berkuah santan tiada beraroma dan tak mengeyangkan. Aku makan dalam diam. Selesai makan, kutatap sekelilingku, hingga pandanganku terhenti pada Pak Nurjat, teman satu kantorku. Pandangan kami bertemu dan itu sudah cukup mengungkapkan semua perasaan yang ada. Kulihat nasi bungkusnya masih utuh. Gak makan Pak ? kataku. Gak... jawab Pak Nurjat. Tidak nafsu makan. Ngok...Nyesss........Aku dekati Pak Nurjat. Ayo pak kita tidur aja. Kami melongok longok mencari tempat untuk merebahkan badan yang terasa tak bertulang lagi. Golek sana golek sini. Bolak balik badan...tapi kenapa mata ini tak mau terpejam ?... Kenapa bayangan SK Mutasi itu tak mau pergi dari mataku ???....Akhirnya aku bangun. Kuberdiri mencari sandalku yang entah kemana mentalnya. Kucari tempat duduk untuk menenangkan diri. Rasanya aku ingin mati saja. Aku rasanya tidak dihargai lagi. Aku sudah berusaha kerja maksimal. Aku sering lembur hanya untuk menyelesaikan pekerjaanku hari ini bahkan sebulan terakhir aku jadi ikut lembur sampai larut malam hanya untuk mengawasi jatuh tempo pemeriksaan RTLB dan Kompen serta Laporan Verifikasi. Selama ini juga aku ngurusi administrasi pemeriksaan, mulai dari ND, SP2 terbit sampai pengawasan tunggakan pemeriksaan tiap bulannya dan pengawasan laporan KI yang tidak sedikit bahkan terakhir laporan verifikasi juga diadministrasikan di RIKI. Aku bolak balik dipanggil kakapku, yang sepertinya tidak ngerti apa apa tentang pemeriksaan, bingung melihat angka angka di ALPP dan stres melihat banyaknya tunggakan pemeriksaan yang belum selesai. Aku juga bukan tipe pimpinan yang tinggal perintah perintah dan teken aja, aku juga melakukan pekerjaan yang tidak kepegang oleh anggotaku yang cuma 2 orang pelaksana. Penyelesaian pemeriksaan bagus lebih dari target. Penerbitan SP2 dan administrasi pemeriksaan juga tak ada masalah. Realisasi penerimaan pemeriksaan juga bagus walau tidak 100%. Ada peningkatan 300% dari tahun sebelumnya hanya sebesar Rp 3,4 Milyar sekarang menjadi Rp 9,2 Milyar. Sangat signifikan. memang bukan hasil kerjaku tapi aku turut berperan membagi bagi SP2 ke kelompok pemeriksa yang mampu dan kompeten menghasilkan penerimaan. Perekaman bagus semua LHP telah direkam. Laporan laporan juga tepat waktu. Laporan KI juga selalu tepat waktu. Selain itu juga aku aktif terlibat rapat berjam jam bahkan sering sampai malam, sumbang saran dalam optimalisasi penerimaan, penggalian potensi penerimaan dan pemeriksaan, dsb yang terlalu panjang kalo kusebutkan semuanya disini. Dan juga yang segala sesuatu yang tidak ada kaitan langsung dengan penerimaan tapi kenapa akhirnya jadi begini ?...Apa salah dan dosaku?..Apa tak ada artinya sama sekali semua yang telah kukerjakan itu? Atau apapun itu, apa ini karena aku pernah kena hukdis ringan beberapa tahun yang lalu ?? Yang telah kubayar lunas bahkan dengan bunganya sekalipun dan telah kulewati masa iddahnya sekalipun tanpa terbukti aku seperakpun merugikan negara ??? Tuduhannyapun cuma turut membantu. Pengertian yang begitu luas dan kejam. Sampai kapankah ini kan berakhir? Semua sepertinya tidak ada gunanya sama sekali. Inikah balasan atas kerjaku selama ini ?? ......Malam ini terasa semakin panjang, sepi dan sunyi...........
Akhirnya kapal sandar di Merak. Kamipun melanjutkan perjalanan. Kudengar teman teman semobilku masih membicarakan mutasi tapi aku tak peduli. Rasanya ingin kumaki dan semua sumpah serapahku, tapi aku hanya diam dan sendiri. Ingin rasanya aku terbang biar cepat sampai rumah dan merebahkan badan ini yang entah mengapa rasanya begitu penatnya. Malam semakin larut dan panjang seakan tak berujung hingga akhirnya tibalah aku dirumah. Istriku menyambutku dengan lembut dan mata ngantuk. Aku maklum karena harus membangunkan istriku di pagi buta. Kutengok jam ditanganku...oh..jam 2.30 pagi. Seperti biasanya istriku membuatkan secangkir teh manis panas dan semangkok indomie rebus. Kutatap istriku dan aku merasa berdosa. Aku pendam perasaan ini, gak tega aku mengatakannya sekarang. Besok pagi saja pikirku dan kusantap indomie rebus buatan istriku dengan lahap dan tanpa bersuara. Selesai sudah dan kusereput teh manisnya....hmm...sungguh nikmat ditenggorokanku. Kutatap sekali lagi wajah istriku. Setengah ngantuk dan sederhana, sangat alami. Setelahnya kuberanjak menuju kamar tidur anakku yang tertidur lelap. Istriku mengikuti. Kuciumi pipinya. Gadis gadis kecilku. Kupalingkan wajahku, kutatap lagi wajah istriku. Dalam....dan sangat dalam....dalam hatiku menjerit...siapakah orangnya yang telah begitu teganya semakin manjauhkan aku dari orang orang yang paling kusayangi ini. Pernahkah mereka merasakan apa yang pernah kurasakan ???... Ya Allah...tolong aku...sampai kapan ini harus begini.....
...................................
.....................................
Jumat pagi aku terjaga.  Harusnya ini jadi hari indah untukku. Libur panjang long weekend 3 hari. Tahun baru imlek...tapi tidak kali ini. Hari ini rasanya begitu berat rasanya. Berat rasanya aku beranjak dari tempat tidurku. Kuterawang plafond kamar tidurku. Putih dan beku....hingga akhirnya suara istriku yang menyadarkanku. Pa...ayo cepat bangun. jemput Darin sana. Ya...anakku yang besar sekolah di Jakarta tinggal sama embahnya. Seminggu sekali aku jemput pulang kumpul dengan adik adiknya. Gak terasa memang, anak anak gadisku telah tumbuh remaja. Dengan malas aku bangun menuju ke meja makan. Seperti kebiasaannya istriku telah menyiapkan segelas teh manis panas dengan gorengan atau cemilan. Aku seruput teh manis....hmm mantap. Sungguh nikmat sekali. Kuambil sepotong tempe goreng tepung buatan istriku. Kumakan.....hmm....enak juga. Gak terasa kuambil sepotong lagi....dan sepotong lagi, tanpa kusadari istriku memperhatikanku. Ada apa Pa..... ? istriku bertanya. Firasat seorang istri. Ya...firasat seorang istri memang tajam sekali.
Kutatap sejenak wajah istriku. haruskah aku ceritakan apa yang terjadi ?...haruskah ku pendam saja dan kubohongi lagi istriku seakan tidak terjadi apa apa ?...Bimbang sejenak. Kutundukan kepalaku. Akhirnya kuputuskan ngomong. Ma...papa kena mutasi lagi. Tapi semakin jauh Ma. Makin ke pelosok Lampung lagi. Bukan di kotanya tapi dikabupaten. Metro kataku. Mulutku nyerocos lancar. Kulihat wajah istriku. Datar cuma berkernyit dahi sedikit. Iya Pa ? kata istriku. Kok bisa sih. Aku cuma mengangkat bahu dan tersenyum pahit. Diam sejenak dan hening.  Aku terdiam dan istriku pun juga terdiam. Sepertinya tak bisa lagi kami bersuara. Tak sadar sampai kurasakan istriku memegang tanganku dan sudah duduk didepanku. Yang sabar ya Pa. Papa jangan marah marah. Kasian anak anak gak tau apa apa. Mungkin Alloh sudah mengatur semuanya. Cuma kenapa makin jauh ??? Kutatap lagi istriku. Beruntung aku punya istri yang penyabar. Ibarat air yang menyirami gejolak amarah yang coba kutahan.Kubalas genggaman tangan istriku dan sambil mengangguk kecil kubilang...makasih ya Ma. Mama yang sabar juga ya. Papa belum bisa dampingi mama dan anak anak setiap hari. Kami tersenyum kecil bersama. Tuhan...tolonglah kami. Amin.
.................................
.................................
Waktu terus berjalan. Detik berganti detik. Takdir, nasib dan entahlah....apa namanya. Hidupku ditentukan oleh selembar kertas. SK yang menurutkan salah. Ya..salah karena orang yang menggantikanku tidak ada. Pegawai yang menggantikanku Zulkifli dari kanwil ,sedang tugas belajar ke luar negeri. Kosong. Ya tempatku yang digantikan kosong. Harusnya SK tersebut bisa direvisi. Teluk Betung tempatku sebelumnya, penerimaannya lebih besar dari Metro tempatku sekarang. Targetku juga lebih besar di Teluk Betung  ketimbang yang di Metro. Untuk alasan kepentingan organisasi logikanya aku bisa lebih dipertahankan di Teluk Betung yang sekarang kosong. Tapi kenyataannya tidak demikian. SK adalah buatan manusia. Kesalahan adalah manusiawi tidak perlu merasa malu.  Itulah harapanku tapi bukan aku yang punya kuasa. Aku hanya tak lebih dari jongos di instansi besar ini. Aku hanya bisa menerima takdirku sendiri. Hmmm......Nasib....


Metro, 8 April 2014.
Ya Alloh, Ya Tuhanku. Bukakanlah pintu hati orang orang yang turut andil menjauhkan aku dengan keluargaku. Sadarkanlah mereka dan ampunilah semua dosa dan kesalahan mereka. Amin YRA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar